Antara Desa Cemara dan Pohon Cemara, ini kisahnya!!!
INDRAMAYU.EU.ORG - Julukan Desa Cemara diambil dari nama pohon Cemara, tak hayal banyak tumbuh pohon cemara didaerah ini, saat awal peradaban lokasi tersebut dahulunya adalah tempat Pelabuhan kapal atau perahu nelayan. Pohon cemara lah yang dijadikan tanda mercusuar dari arah laut, karena pohon itu tumbuhnya paling tinggi, hingga dapat dilihat dari kejauhan oleh para armada laut kala itu.
Disisi lain daerah ini banyak tumbuh pohon Mangrove (bakau) pohon api-api dan pohon kapi dada, sebab tidak lain kawasan ini memang hutan.
Struktur pola kawasan Desa Cemara banyak berrawa – rawa, daerah ini dahulunya dilalui sungai cimanuk lama, sebelumnya diluruskan oleh pemerintah Belanda. Di Muara ini para nelayan, membongkar dan memuat barang – barang didagang atau hasil lainnya. Tempat lain yang dahulunya muara sungai merupakan perbatasan daerah Sumedang yang sudah jadi daratan akibat penimbunan pasir sungai cimanuk lebih dari 400 tahun yang lalu. Tetapi nama Pelabuhan masih tetap dipakai, yang merupakan kampung baru. Daerah Cemara merupakan tanah baru dari pantai yang menjadi dangkal jadi daratan.
Lebih keselatan lagi tempat dari Pelabuhan yang lama pada abad ke 17 dan pernah menjadi timbunan balok – balok jati tua, di desa Pangkalan. Tempat ini ternyata ketika tahun 1970 sungai ini dikeruk oleh kapal Keruk Prosida mesin kapal keruk tersangkut pada balok balok jati yang masih utuh, yang berada didasar sungai. Sehingga kapal Keruk itu tidak bisa maju atau mundur. Malah Embok Magede Taswi dari kampung Waled diminta pertolangannya untuk menyelamatkan kapal dari kali, alhasil bisa meneruskan pekerjaannya lagi. Di pantai Utara Cemara menjadi tempat perniagaan orang – orang cina yang masih ramai.
Dipantai Cemara ke utara menjadi perniagaan orang – orang Cina, yang semakin ramai, sehingga perairan ini terkenal dan dinamakan Laut atau Teluk Legok Cina. Orang – orang perantauan Cina semakin banyak saja yang bermukim ditempat ini sampai meluas ke daerah Puntang, yang ternyata ditempat ini banyak terdapat pekuburan atau Bong Cina. Tetapi waktu zaman pembakaran diwaktu revolusi kemerdekaan Indonesia, banyak orang Cina yang menyingkir ke tempat lain, mereka yang merasa bersalah karena melawan kepada perjuangan bangsa Indonesia. Seperti menjadi mata – mata Belanda yaitu Babah KUM PUL.
Salah satu korban petani nelayan yang meninggal dan terapung – apung dibawa ombak menepi sampai ke pesisir dikuburkan disana. Dalam sebuah Keterangan, mayat yang dikuburkan disana bernama Pangeran Kejoran. Karena mayat datangnya kambang terapung – apung, makamnya sekarang dinamakan Buyut Kambang atau Gambang yang berobah menjadi Buyut Gambang saja, sekalian dengan segala perkakasnya dijadikan satu dalam kuburan seperti senjata tajam keris.
Disebalah tempat ini ke Barat terdapat tanah yang sudah dibuka oleh Nyi Pombaya atau Pembayun dengan dibantu oleh Nyi Gandasari, bebedah membuka hutan membuat parit atau sungai, sehingga tempat itu disebut Buyut Pombaya. Sekarang banyak orang menyepi ditempat Buyut Pombaya malah ada yang datang dari jauh seperti datang yang berasal dari Majalengka. Suami Nyi Pombaya ialah Pangeran Grata Kalana, asal dari Cirebon. Nyi Pombaya sendiri sebenarnya berasal dari Istana istri Sultan Mataram yang dihadiahkan kepada Pangeran Grata Kalana karena jasanya telah melawan Belanda.
Dikisahkan bahwa Nyi Gandasari datang ke tempat ini tanda peresmian tanah baru kampung baru Cemara Kulon, Nyi Gandasari datang dengan memakai payung agung berlapisan emas, memakai gelang emas, konde emas, pokoknya pakaian serba emas sambil naik kuda datang ke tempat baru. Jalan yang dilalui Nyi Gandasari dari Cirebon, melalui Luwigede, terus ke daratan Pulau Cemeti atau Jemeti, dan setelah disampai di Kiajaran Kudanya yang satu berpisah lepas jadi dua jurusan, yang akhirnya nama ini dinamakan dua nama kampung Kiajaran Wetan dan Kiajaran Kulon, sedang didaratan tadi pecutnya atau cematinya hilang, dinamakan menjadi desa Jemeti. Dari sini baru Nyi Gandasari meneruskan ke tanah Cemara Kulon daerah baru yang dibuka Nyi Pombaya.
Dari Cemara Nyi Gandasari terus ke Losarang, ke Ranjang, ke Manggungan yang merupakan perjalanan rutin mengikuti jejak ayahnya Ki Wanakerti dalam rangka mengembangkan daerah Islam dan terus sampai ke desa Pandawa di Cikedung.
Daftar kepala desa Cemara:
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Dasimah tahun 1891.
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Marta tahun 1900.
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Dasim tahun 1911.
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Catimah tahun 1939.
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Asma, waktu zaman Jepang dipilih tahun 1942.
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Casyadi tahun 1966.
- Yang menjadi kuwu pilihan saudara Didi Humaedi tahun 1980.
Nama – nama kampung di Cemara:
- Kampung Cemara Kulon, yang dipisahkan oleh sungai Cemara atau Cimanuk lama.
- Kampung Cemara Wetan.
- Kampung Legok Bong.
Desa Cemara nomor 136, luas areal tanah 1925 Km2. Kerapatan penduduk jiwa grebeg laki – laki 1359, Jiwa grebeg perempuan 1419, angka ini perhitungan tahun 1979.