KH. IMAM JAZULI, NU KAFFAH NU PKB

 


Oleh. :  H. Adlan Daie

Pemerhati politik dan sosial keagamaan.

Gerakan kultural "NU KAFFAH NU PKB"  dalam arti "yang ngaku NU wajib cinta PKB" yang dimotori KH. Imam Jazuli, kiai muda dengan jaringan internasional sangat kuat ternyata dahsyat effectnya. Tak kurang Dahlan Iskan, Raja media "Jawa Pos Group", mantan menteri BUMN era SBY menulis secara khusus soal gerakan  "NU KAFFAH NU PKB" ini di media "RMOL" edisi sabtu 5/2/2022 dengan cara "renyah", ringan, detail dan sesekali memberi bobot tafsir politiknya. Dr. Toni Rosyid, pengamat politik Nasional membahasnya di channel "youtube" secara mendalam tentang gerakan kultural  KH. Imam Jazuli di atas.

Inilah barangkali fenomena.yang disebut Gus Yahya bahwa "muhaimin susah dimatikan sekencang apapun badai sejarah membanting bantingnya" sebagaimana ditulisnya dalam tulisan berjudul  "orang orang kesayangku" tanggal 21 Oktober 2021, dua bulan sebelum digelar Muktamar NU ke 34 di Lampung pada  tanggal 24 Desember 2021 lengkap dengan tampilan foto bertiga Gus Yahya, Gus Muhaimin dan Gus ipul (Saefullah Yusuf), tiga "gus" kader inti NU di panggung politik nasional saat ini, hasil "gemblengan" langsung Gusdur , mentor politiknya.

------------------------- ads -----------------------

Dengan kata lain, tulisan Gus Yahya di atas terbukti hari ini. Makin "dibanting" Gus Muhaimin justru makin banjir dukungan terhadap pencapresannya mulai dari basis pesantren besar NU, para "gus",  komunitas tukang ojek, petani tembakau madura, generasi milenial,  kaum nelayan "emak emak" muara baru Jakarta hingga  Gus Salam, Wakil Ketua PWNU Jawa Timur terang terangan meminta Gus Muhaimin.maju dalam pilpres 2024 saat memberi sambutan pada haul KH. Bisri Samsuri, salah satu pendiri NU di Denanyar Jombang beberapa hari lalu.

Memang akhir akhir tampak sikap tiran dan "dlolim" sejumlah media terhadap Gus Muhaimin dan PKB di sengaja dan bersifat TSM (terstuktur, sistemik dan massif. Judul judul nya pun sangat bombastis misalnya judul salah satu media "manuver pengukuhan PBNU bikin panas, cak imin terancam dikudeta" (geopol, 2/2/2022) atau judul media lain "terlempar dari PBNU suara PKB berpotensi gembos" (publika  4/2/2022). Survey "abal abal" didesain bahwa Erick Thohir, menteri BUMN  meraih puncak tertinggi pilihan  warga NU dengab "membuang" Gus Muhaimin, ketua umum partai "wong NU". Sikap PBNU yang berulang ulang menegaskan bahwa NU "netral" tidak berpolitik praktis justru narasi narasinya full politis dan cenderung merugikan PKB.

Dalam perspektif tafsir politik penulis gerakan "NU KAFFAH NU PKB" KH. Imam Jazuli, pengasuh pesantren "Bina Insan Mulia" di kaki gunung ceremai Ciirebon di atas adalah fenomena "originalitas" yang mewakili suara kemustahilan memisahkan NU dengan PKB.  NU dan PKB bukan sekedar diikat relasi historis, ideologis dan aspiratif secara resiprokal dan bersifat timbal balik, lebih dari dari itu, suasana kebatinan atau dalam temuan lembaga survey SMRC (2018) bahwa warga NU di level akar rumpun memiliki 'party id" atau "DNA" dan  identitas politiknya dominan ke PKB. Karena itu, tidak mengejutkan gerakan kultural KH. Imam  Jazuli bergelombang dahsyat di ruang  publik.

IItulah kekecualian PKB, lahir rahim asli "jam iyah" NU, bukan dilahirkan secara "cesar" oleh "perorangan pengurus NU". Arah kiblat pilihan politik warga NU  (komunitas sosial jaringan pesantren NU) dominan ke PKB,  sulit pindah kiblat politiknya meskipun diarahkan ke kiblat politik lain oleh pengurus NU, tidak akan "dimakmumi" dan tidak diikuti oleh jama'ahnya kecuali NU nya tidak kaffah, atau ibarat emas baru 15 karat, tutur KH. Imam Jazuli.  Itulah NU dan itulah  PKB.

Tampaknya "muhaimin iskandar senyum senyum dikulum", tulis Dahlan Iskan melihat effect dahsyat gerakan kultural KH. Imam Jazuli  tanpa intensi kepentingan politik personal sang kiai.

Nikmat Tuhan yang manalagi akan kita dustakan ?

Tabiiiiiik ! (*)

Next Post Previous Post