Ini Dia Asal-Usul Desa Kedokangabus Kecamatan Gabuswetan

Balai Desa Kedokangabus (Dok. Didno)

Desa Kedokangabus terletak di Kecamatan Gabuswetan Kabupaten Indramayu. Desa Kedokangabus diperkiraan sudah ada sebelum tahun 1882, hal tersebtu berdasarkan sumber dari cerita para sesepuh desa yang masih mewariskan ceritanya kepada anak cucunya, bukan berdasarkan catatan tertulis karena mencari catatan tertulis tentang asal usul desa Kedokangabus sangat sulit. 

Kata Kedokangabus terdiri dari dua kata yakni Kedokan dan Gabus. Jadi menurut cerita dijelaskan bahwa di sekitar daerah Sumbon saat itu masih berupa hutan belantara. Hiduplah seorang wanita yang bernama Nyi Mengol yang tinggal dekat dengan sungai di pinggiran hutan. Sungai tersebut merupakan aliran dari Sungai Cilalanang yang oleh masyarakat sekitar sering disebut Sampang.

Pada suatu hari, datanglah seorang Pinangeran dari Cirebon yang berniat berkunjung ke Syeh Quro yang berada di daerah Karawang, karena suatu hal akhirnya sang Pinangeran tersebut mampir dan menetap sementara di kediaman Nyi Mengol. 

Dikarenakan ada satu tugas yang berupa amanat dari Raja Cirebon, akhirnya sang Pinangeran berpamitan utuk melanjutkan perjalanan ke arah barat menuju Karawang, tempat tinggal Syeh Quro. Tidak disangka ternyata Nyi Mengol hamil 2 bulan akibat hasil hubungan dengan sang Pinangeran tersebut. 

Sebelum keberangkatan ke Syeh Quro atau arah barat sang Pinangeran berpesan pada Nyi Mengol untuk menjaga dan merawat bayi dalam kandungannya tersebut dan menitipkan sebilah keris serta jubah agar diserahkan kepada anak yang ada dalam kandungan tersebut pada saat dewasa nanti. 

Beberapa tahun kemudian

Di pinggir hutan, di tepi sungai aliran Cilalanang, seorang pemuda yang sedang asik bekerja mencangkul lading membantu ibunya. Dia bekerja tanpa banyak kata, sangat cepat dan tanpa lelah untuk kelangsungan hidupnya bersama ibunya. Pemuda tersebut tidak lain dan tak bukan bernama Jaka Sumbon

Saat Jaka Sumbon sedang beristirahat di bawah pohon Kesambi, dia memperhatikan dan mengamati gundukan tanah yang sudah lama sekali membuatnya penasaran. Ketika ibunya datang membawakan makanan untuk Jaka Sumbon. Seketika itu juga Jaka Sumbon menanyakan awal mula gundukan tersebut kepada ibunya. Nyi Mengol kemudian menjelaskan bahwa itu merupakan kuburan dari almarhum Bapak Jaka Sumbon. 

Setelah sekian lama memperhatikan dan memikirkan gundukan tanah tersebut membuat Jaka Sumbon semakin penasaran. Tanpa seijin ibunya, Jaka Sumbon akhirnya membongkar kuburan itu dan hanya menemukan sebilah keris serta jubah yang sudah usang. Dia pun menunjukkan dan menanyakan hasil temuan tersebut kepada ibunya. 

Nyi Mengol pun akhirnya menjelaskan bahwa dua benda tersebut merupakan peninggalan dari bapaknya dan menceritakan awal pertemuan hingga perpisahannya dengan sang Pinangeran karena tugas yang diembannya. 

Mendengar penjelasan dari ibunya tersebut, membuat Jaka Sumbon penasaran dan akhirnya memutuskan pergi ke Cirebon dan berjumpa dengan Perawan Sunti yang juga merupakan bibinya atau adik dari bapaknya, sang Pinangeran. Dia mendapat penjelasan bahwa saat itu sang Pinangeran sedang bertugas di wilayah Dermayu atau Indramayu sekarang. 

Setelah itu Jaka Sumbon langsung berpamitan pada bibinya untuk melanjutkan perjalanan ke bumi Dermayu dan mencari bapaknya. Sesampainya di Dermayu, Jaka Sumbon bertemu dengan seorang Pinangeran dan menceritakan semua kisah yang diceritakan oleh ibunya. Sang Pinangeran terpaku mendengar cerita tersebut sebenarnya dia adalah bapaknya. 

Mendengar cerita tersebut, sang Pinangeran langsung mengelak. Dia tidak mau aibnya terbuka di hadapan umum bahwa dia telah memiliki keluarga bersama Nyi Mengol dan memiliki seorang anak pada saat menjalankan tugasnya dulu. Jaka Sumbon pun akhirnya marah dan terjadilah perkelahian antara anak dan bapaknya tersebut. 

Dalam perkelahian tersebut Jaka Sumbon menusukkan sebuah keris yang dia bawa dari belantara tepian Sampang, namun sang Pinangeran ternyata benar-benar sakti sehingga keris di tangan Jaka Sumbon patah dan jubah yang dipakai robek. Kedua benda tersebut kemudian dilemparkan Jaka Sumbon ke arah tempat tinggal Nyi Mengol dan dia pun menghilang entah kemana. 

Konon keris yang dilemparkan oleh Pinangeran tersebut melayang-layang sampai jatuh di sebuah kubangan atau bahasa Jawanya adalah Kedokan dan menjadi ikan deleg atau ikan gabus. Hingga akhirnya desa tersebut diberi nama Kedokan Gabus. 

Pada zaman penjajahan Belanda, luas wilayah Desa Kedokangabus sangat luas yakni mencakup wilayah Desa Sumbon yang sekarang masuk Kecamatan Kroya, yang kemudian pada tahun 1982 dimekarkan menjadi 2 Desa yaitu Desa Kedokangabus masuk kecamatan Gabuswetan dan Desa Sumbon masuk wilayah Kecamatan Kroya. 

Itulah asal usul desa Kedokan Gabus yang masih lestari di masyarakat sekitar hingga kini. Cerita ini dikutip dari Kedokangabus.desa.id.
Next Post Previous Post