Sejarah Kedatangan Wiralodra di Indramayu (Bagian 7)
Makam Selawe tempat Pangeran Guru dimakamkan (Dok. Didno) |
Pangeran Guru kehilangan akal menerima tantangan Nyi Endang Darma yang pedas didengar telinga itu, maka ia pun berteriak memberi perintah kepada murid-muridnya untuk menangkap Nyi Endang Darma.
Mendengar perintah sang Guru, maka Pangeran Wisanggeni, Pangeran Bramakendali dan Pangeran Bratakusumah meloncat ke depan untuk menangkap Nyi Endang Darma dan menyeretnya ke luar rumah.
Maka terjadilah pertempuran sengit antara Nyi Endang Darma di satu pihak, dengan Pangeran Guru beserta murid-muridnya di pihak lain. Dalam bitotama (Perang) itu ternyata Nyi Endang Darma tidak kelihatan repot, tetapi tenang-tenang saja menghadapi segala macam serangan yang ditujukan terhadap dirinya.
Satu demi satu murid Pangeran Guru diserang dengan selendangnya dan dipukul kemudian ditikam dengan kerisnya, sehingga semua murid Pangeran Guru mati dalam pertempuran itu. Yang terakhir tibalah giliran Pangeran Guru sendiri yang dijadikan bulan-bulan oleh Nyi Endang. Setelah merasa puas mempermainkan Pangeran Guru, maka pangeran itu pun mendapat gilirannya untuk dikirim ke akherat.
Melihat kejadian itu Ki Tinggil sangat prihatin dan takut dimarahi tuannya, karena ia dipesan supaya memelihara kesejahteraan rakyat, menjaga keamanan seta memajukan pertanian dan pembangunan, akan tetapi sebaliknya malah terjadi peristiwa yang sangat menyedihkan itu, yang menyebabkan kematian Pangeran Guru berikut murid-muridnya. Menurut cerita rakyat jenazah para Pangeran itu dimakamkan di belakang Masjid Dermayu (Masjid Penganten) sekarang.
Ki Tinggil segera memanggil para pembantunya dan berkata kepada Ki Pulaha : Hai Pulaha, amat sedih hatiku jika memikirkan peristiwa yang baru saja terjadi kemarin itu, Tentu saya kan dimarahi oleh Gusti Wiralodra. Sebelum beliau kembali, kupikir lebih baik aku pergi ke Bagelen untuk memberitahukan beliau tentang terjadinya peristiwa berdarah itu. Tinggallah engkau disini, jagalah keamanan dan kesejahteraan rakyat sebaik-baiknya.
Tidak diceritakan perjalanan Ki Tinggil dari pedukuhan Cimanuk ke Bagelen, Sekarang Ki Tinggil sudah sampai di Bagelen dan segera menghadap Raden Wiralodra. Ki Tinggil diterima oleh Raden Tumenggung Singalodra dan beliaupun segera menyapanya.
“Hai Ki Tinggil, aku heran mengapa engkau tiba-tiba datang ke Bagelen, padahal gustimu sedang berada di sini. Apakah ada kejadian yang penting, ataukah barangkali hanya ingin pulang untuk melaporkan perkembangan penduduk disana?. Syukurlah jika hanya berita itu yang akan kau sampaikan”.
Ki Tinggil sambil menyembah segera berkata : “Duh Gusti, sepeninggal Raden Wiralodra, rakyat di pedukuhan CImanuk dalam keadaan sejahtera, semuanya hidup dengan tenang dan tentram tidak kurang suatu apa pun. Sawah dan ladang tumbuh dengan subur, sementara rakyat senantiasa bekerja keras untuk membangun”.
Lalu dia melanjutkan pembicaraannya “Tiba-tiba pada suatu hari dengan cara yang aneh sekali, datanglah seorang perempuan yang cantik parasnya diiringkan oleh dua orang abdinya, mohon izin untuk bermukim di daerah pedukuhan CImanuk. Sudah barang tentu hamba izinkan sesuai dengan pesan Raden Wiralodra. Supaya setiap pendatang baru diterima dengan baik dan diberi tempat.
Kemudian dia melanjutkan pembicaraannya “Wanita itu mengaku bernama Nyi Endang Darma, sedangkan kedua pembantunya bernama Tana dan Tani. Ternyata wanita itu bukan saja cantik rupanya, akan tetapi sangat pandai. Padai bercocok tanam dan pandai mengambil hati rakyat, sehingga semua rakyat mau berguru kepadanya dalam hal bercocok tanam. Kelebihan lain yang dimiliki Nyi Endang adalah dia memiliki kesaktian mandraguna dan mau mengajarkan ilmu kanuragan kepada rakyat. Hamba pun membiarkan saja, sebab memang rakyat perlu dilatih bagaimana cara membela diri, kalau sewaktu-waktu diperlukan”.
Pendek kata sejak Nyi Endang Darma tiba di pedukuhan Cimanuk, rakyat disana bertambah maju dan rajin bekerja, sehingga Nyi Endang Darma sangat disegani oleh penduduk dan besar pula pengaruhnya. Malahan pernah terlintas dipikiran hamba, alangkah pantasnya andaikata Nyi Endang Darma menjadi isteri Raden Wiralodra.
Dikutip dari Sejarah Kedatangan Wiralodra di Indramayu Karya H. A. Dasuki (Tahun 1977).