Chaerul Anam, Pemuda Asal Amis Cikedung Pembuat Alat Leptospray
Chaerul Anam saat berada di Jerman (Foto Facebook Chaerul Anam) |
Lahir dari seorang ibu yang berprofesi pedagang di sekolahan SD tidak menghalanginya untuk berprestasi. Ayahnya yang hanya seorang petani tetapi tidak membuat Chaerul Anam pemuda asal desa Amis kecamatan Cikedung ini berdiam diri.
Justru dari kekurangan ini membuat dia selalau bersyukur kepada Allah SWT dan berusaha untuk belajar menjadi yang terbaik. Di sela-sela aktivitasnya mengikuti ajang internasional dia mau diwawancara oleh kami (BloggerMangga) dan dia mengatakan :
“Alhamdulillah saya bersyukur sudah disekolahkan oleh orang tua di sekolah yang berbasis pondok pesantren, walaupun sedikit tapi setidaknya saya sudah dibekali ilmu agama, alhamdulillah saya masih diberi rejeki untuk bisa melanjutkan kuliah di UII Yogyakarta” (Universitas Islam Indonesia)”.
Dia kuliah di Universitas Islam Indonesia mengambil jurusan teknik elektro, awalnya dia mau masuk di jurusan teknik informatika, tapi karena guru kimia waktu SMA-nya menyarankan dia masuk ke teknik elektro karena waktu SMA dia suka dengan robot-robotan maka dia pun menerima saran dari gurunya tersebut.
Waktu SMA dia memang sudah senang dengan membuat miniatur robot-robotan menggunakan tongkat toya di kegiatan pramuka sering disebut dengan pionering. Tapi waktu itu dia belum kepikiran membuat robot beneran hingga akhirnya dia masuk ke UII. Walaupun dirinya mengaku daftar SNMPTN ke ITB tetapi hanya sebatas coba-coba dan dia merasa sadar diri kemampuannya.
Setelah menjadi mahasiswa UII teknik elektro dia mengikuti berbagai kegiatan seperti UII IENA 2017 yang menjadi kegiatan pertamanya mengikuti lomba yang berstandar internasional. Sebelumnya dia pernah mengikuti ajang KRI (Kontes Robot Indonesia) tingkat nasional dan hanya bisa mencampai regional 3.
Tetapi ternyata walaupun belum berhasil di ajang tersebut, ternyata Allah memberi rejeki yang tidak disangka-sangka dan diduga sebelumnya. Dia dimintai bantuannya oleh mahasiswa jurusan kedokteran untuk membuat alat leptospray. Karena mahasiswa jurusan kedokteran tidak memahami bagaimana membuat alat tersebut karena dilengkapi dengan berbagai sensor.
Dari situ dia akhirnya mengembangkan alat leptospray dan sudah dipatenkan hak ciptanya di KAUNI (Kantor Aliansi Universitas dan Industri) bersama rekan-rekannya dari fakultas kedokteran. Alat ini masih terus dikembangkan karena menurutnya masih banyak kekurangannya.
Alat Leptospray ini digunakan untuk mencegah penyakit leptospirosis yang menyebabkan infeksi oleh lestospira. Lestospira sendiri hidup di urin tikus. Sistem kerja alat leptospray hasil karyanya ini bisa mengeluarkan gelombang suara ultrasonik untuk mencegah tikus datang dan spray dari ekstrak minyak kayu putih yang akan mengusir tikusnya, karena tikus tidak menyukai bau minyak kayu putih. Pengguna alat ini akan menerima pesan singkat atau SMS ketika tikus terdeteksi oleh alat leptospray.
Alat Leptospray ini kemudian diikutsertakan dalam ajang International Trade Fair Inovation and Invention 2017 di Nunberg Jerman. Dia dan rekan-rekan dari fakultas kedokteran UII bersaing dengan universitas dari berbagai negara dunia, dan negara Indonesia hanya diwakiliki oleh UII dan UNDIP.
Event International Trade Fair Inovation and Invention 2017 di Nunberg Jerman diikuti oleh berbagai perguruan tinggi dan perusahaan besar dari berbagai negara dunia, seperti Arab, Iran, Rusia, Jerman, China, Korea, Malaysia, Taiwan, dan masih banyak negara lainnya.
Banyak karya inovatif dari negara lain, seperti Jerman yang membuat alat untuk membersihkan polusi udara dengan mengambil gas, asap, dan lainnya lalu mengubahnya menjadi cair seperti karbon monoksida. Dari Korea ada yang membuat alat bantu untuk penyandang tuna netra, dan masih banyak lagi inovasi lainnya.
Sementara pengumuman pemenang International Trade Fair Inovation and Invention 2017 ini akan diumumkan tanggal 5 Nopember 2017 mendatang dan dia meminta doanya terutama warga Indramayu agar karyanya mendapatkan hasil yang terbaik.
Ada pengalaman menarik sewaktu dia sampai di Jerman, saat itu ada pemeriksaan di Bandara Frankfurt Jerman karena saat ditanya oleh petugas bandara perihal uang yang dibawa dia menjawab hanya memiliki uang 60 Euro atau setara dengan 1 juta. Petugas bandara terkejut karena biasanya wisatawan yang datang ke Jerman membawa uang lebih dari itu, tapi beruntung temannya membawa uang banyak sehingga akhirnya dia lolos pemeriksaan.
Chaerul Anam sebelum berangkat ke Jerman sebelum berangkat ke Jerman sudah berusaha mencari dana dengan mengajukan proposal ke kecamatan dan Pemda kabupaten Indramayu tetapi sayang tidak ada yang mendukung tambahan dananya karena anggarannya sedang kosong. Tapi dia bersyukur dapat sponsor dari kampus sebesar 15 jutaan.
Chaerul Anam sendiri mengenyam pendidikan sekolah dasar di SD Amis 1, SMP di SMP Al Ishlah Tajug, dan SMA di SMA Al Ishlah Boarding School Tajug Balongan Indramayu.