Sejarah Kedatangan Wiralodra di Indramayu (Bagian 1)

Raden Wiralodra (Gambar Facebook) 

Nama Indramayu tidak terlepas dari Raden Bagus Arya Wiralodra. Dia yang menjadi pendiri dan juga pemimpin di Indramayu (yang dulunya bernama Dermayu). Walaupun cerita kedatangan Wiralodra ini masih ada yang pro dan kontra di masyarakat Indramayu sendiri, tetapi kita sebagai warga Indramayu harus mengetahui ceritanya yang berdasarkan Babad Dermayu. Darimana asal Arya Wiralodra sebenarnya yuk mari kita ikuti ceritanya. 

Di daerah Bagelen Jawa Tengah tepatnya di Banyuurip tinggallah seorang Tumenggung yang bernama Gagak Singalodra. Beliau mempunyai 5 orang putera yakni Raden Wangsanegara, Raden Ayu Wangsayuda, Raden Wiralodra, Raden Tanujaya dan Raden Tanujiwa.

Di antara kelima putranya tersebut hanya Raden Wiralodra yang memiliki cita-cita yang tinggi. Ia ingin membangun suatu negara untuk diwariskan kepada anak cucunya nanti. Untuk mencapai cita-cita tersebut Raden Wiralodra melatih dirinya dalam ilmu kanuragan, tirakat dan bertapa sebagaimana lazimnya kehidupan seseorang yang bercita-cita menjadi ksatria pada masa itu. 

Konon diceritakan bahwa Raden Wiralodra sedang menjalani tapa brata dan bersemedi di Perbukitan Melaya di kaki Gunung Sumbing. Setelah melampaui masa tiga tahun, maka ia pun mendapat wangsit yang berbunyi : 

“Wahai Wiralodra, apabila engkau ingin bahagia beserta keturunanmu di kemudian hari, pergilah merantau ke arah matahari terbenam dan carilah lembah sungai Cimanuk. Jika sudah sampai di sekitar sungai Cimanuk, berhentilah dan menebang pepohonan untuk mendirikan sebuah pedukuhan dan menetap di sana. Kelak tempat ini akan menjadi daerah yang subuh dan makmur hingga tujuh turunan disana”. 

Setelah menerima wangsit tersebut, ia pun segera berkemas untuk pulang ke rumahnya di Banyuurip, dan memberitahukan perihal wangsit tersebut kepada orang tuanya. Setiba di Banyuurip maka iapun segera menyampaikan maksudnya kepada orang tuanya dan memohon doa restunya untuk pergi mencari lembah Cimanuk seperti yang diperintahkan dalam wangsit tersebut. 

Raden Gagak Singalodra berkata “Hai anakku Wiralodra, betapapun berat hati ayah melepasmu untuk mencari hutan Cimanuk, namun ayah rasa tidak ada rasa ingin menghalangi cita-citamu yang begitu mulia, oleh karena itu ayah akan merasa bangga kalau ayah melepasmu laksana anak panah meninggalkan busurnya, semoga kepergianmu senantiasa dilindungi Yang Maha Kuasa sampai ke tujuan yang dituju. Berhati-hatilah hidup dirantau orang dan pergilah bersama Ki Tinggil untuk menyertai perjalananmu yang jauh itu”. 

Setelah perbekalan yang diperlukan dalam perjalanan disiapkan maka berangkatlah Raden Wiralodra diiringi oleh abdinya Ki Tinggil yang amat setia kepada majikannya menuju ke arah barat untuk mencari sungai Cimanuk. 

Konon perjalanan Raden Wiralodra menemukan Sungai Cimanuk memakan waktu selama tiga tahun. Tidak ada hutan lebat, tidak ada lembah yang curam, semua dilaluinya dengan tekad yang bulat, namun tujuan yang hendak dicapainya belum kunjung tiba. 

Ia tidak tahu berapa lama lagi ia akan sampai kepada tujuannya, karena dia tidak tahu berapa jauh lagi tempat yang akan dicapainya. Ia pun terus berjalan menuju arah terbenamnya matahari hingga akhirnya pada suatu senja di kala sang surya hendak masuk ke peraduannya dia sampai ke sebuah sungai yang sangat besar. 

Raden Wiralodra bukan kepalang senangnya melihat sungai besar tersebut, karena disangkanya bahwa sungai itu adalah Sungai Cimanuk yang dicarinya. Raden Wiralodra pun segera berkata kepada Ki Tinggil “Hai paman, rupanya inilah sungai Cimanuk yang sedang kita cari, marilah kita membuat rakit untuk menyeberanginya”. 

Ki Tinggil menjawab “Saya berharap tuanku bersabar sebentar, kita sudah terlalu lama mengarungi hutan belantara, lagi pula hari ini sudah mulai gelap. Hamba pikir lebih baik kita beristirahat terlebih dahulu sampai besok, baru kita membuat rakit untuk menyeberangi sungai ini. Wiralodra pun menjawab baiklah paman kita istirahat saja sampai besok. 

Pagi-pagi benar ketika mereka baru bangun dari tidurnya, mereka melihat ada orang tua dekat tempat mereka melepas lelah. Ketika dilihat ada dua orang yang sedang duduk-duduk lalu menghampirinya sambil menyapa “wahai anak muda, siapakah tuan ini dan mengapa tuan berada di sini?. 

Raden Wiralodra pun segera menyahut sambil menyambut tangan orang tua itu sebagai isyarat dia meminta berjabat tangan. Lalu Raden Wiralodra pun menjawab “nama hamba Wiralodra dan teman hamba Ki Tinggil. Hamba datang dari daerah Bagelen dan bermaksud mencari Sungai Cimanuk”. 

Lalu dia meneruskan kembali percakapannya “Duh Eyang, hamba sangat berterima kasih dapat bertemu dengan Eyang, karena hamba sudah tiga tahun lamanya berjalan mendaki gunung dan mengarungi rimba raya dalam perjalanan hamba mencari sungai Cimanuk”. 

Hamba mohon bertanya, apakah ini benar Sungai Cimanuk?, orang tua tersebut kemudian menjawab “Hai cucuku, kasiha benar tuan hamba ini, karena tuan hamba telah tersesat jalan. Sungai ini bukanlah sungai Cimanuk yang tuan hamba cari, sungai ini adalah Sungai Citarum. 

Adapun sungai Cimanuk yang tua hamba cari telah kelewat, yakni terletak di sebelah timur. Jadi tuan hamba harus balik kembali dan berjalanlah ke arah timur laut, demikian ucap kakek-kakek yang ada di sekitar Sungai Citarum tersebut. 

Setelah berkata demikian lenyaplah kedua orang tua tersebut tanpa meninggalkan bekas. Raden Wiralodra sangat menyesal karena tidak sempat bertanya siapa nama kedua orang tua tadi dan dimanakah tempat tinggalnya. Menurut cerita salah satu orang tua tersebut adalah Ki Buyut Sidum dari Pajajaran. 

Kemudian Raden Wiralodra dan Ki Tinggil berangkat menuju ke arah matahari terbit. Siang dan malam mereka berjalan mengarungi hutan belantara. Setelah sekian lama berjalan akhirnya mereka menemukan sebuah mata air yang jernih sekali. Kemudian keduanya berhenti dan istriahat sambil membersihkan diri dan mencuci pakaian yang sudah kumal akibat perjalanan jauh yang menyita waktu. 

Mudah-mudahan disini kita bisa bertemu dengan manusia yang bisa memberi petunjuk kepada kita dimana letak sungai Cimanuk yang sedang kita cari. Kemudian karena mencari tempat yang teduh dan lapang untuk melepas lelah. 

Dua minggu lamanya Raden Wiralodra dan Ki Tinggil melepas lelah di tempat itu, kemudian dia berangkat lagi menuju ke arah timur laut. Setelah beberapa lamanya mereka berjalan, tiba-tiba di tengah hutan yang lebat itu mereka melihat seorang petani yang sedang berladang. 

Petani tersebut bernama Wira Setra yang tinggal menetap di tempat itu. Lalu mereka berjabat tangan dan dan kemudian Wiralodar berkata “wahai kakanda, siapakah nama tuan dan dari mana asalnya?, Dia pun menjawab “nama hambba Wira Setra, hamba berasal dari Bagelen Jawa Tengah”. 

Lalu Wira Setra pun balik menyanya “Adapun dinda ini dari mana dan mau kemana?, Wiralodra pun menjawab “ Nama hamba Wiralodra dan hamba pun datang dari daerah Bagelen juga, kami kesini bermaksud untuk mencari sungai Cimanuk”. 

Wira Setra tampak sangat gembira, karena sudah lama tidak berjumpa orang lain dan kini bertemu dengan orang se daerah di tengah hutan yang sangat sunyi. Kemudian dia berkata “Hamba ini saudara sepupu dari Adipati Wirakusuma. Marilah kita pergi ke pondok bambu, agar adinda dapat melepaskan lelah. 

Kalau sudah beristirahat, dinda boleh melanjutkan perjalanan kembali, karena sungai Cimanuk yang dinda cari itu terletak di sebleah timur laut dan masih cukup jauh dari tempat ini. Tempat tersebut ternyata bernama Pamanukan. 


Dikutip dari Buku Sejarah Indramayu karya H.A Dasuki (1977)
Next Post Previous Post