Asal-usul Ki Buyut Anjing Jangkung

Ilustrasi Anjing Jangkung (Gambar Youtube)  

Bagi masyarakat wilayah Kiajaran Indramayu dan sekitarnya nama Ki Buyut Anjing Jangkung mungkin tidak aneh lagi karena hampir setiap tahun diadakan acara ngunjung di tempat ini. Tetapi apa dan bagaimana cerita dari Ki Buyut Anjing Jangkung mungkin sebagian masyarakat Indramayu belum mengetahuinya. Berikut cerita asal-usul Ki Buyut Anjing Jangkung. 

Nama Anjing Jangkung secara bahasa berasal dari kata Anjing dan Jangkung, Anjing sendiri adalah nama binatang sedangkan jangkung dalam bahasa Sunda artinya tinggi. Menurut cerita anjing ini adalah milik dari raja Sumedang.

Pada zaman dahulu raja Dermayu sedang berusaha memperluas kekuasaannya. Ketika itu ditemukan suatu cara yakni dengan jalan menikahkan puteri raja Dermayu dengan raja Sumedang. Karena waktu itu raja Sumedang belum menikah. 

Tetapi menikah dengan seorang raja tentu hal yang sulit bagi raja Dermayu karena beliau belum memiliki seorang puteri. Tetapi walaupun demikian raja Dermayu tidak kekurangan akal. Dia dapat mengubah jati diri dari adik raja yang berjenis kelamin laki-laki menjadi seorang puteri. Setelah itu mereka bersama-sama dengan bawahannya berpura-pura menjadi penari topeng. 

Mereka berangkat ke Sumedang, dengan rasa bimbang dan ragu sampailah mereka di daerah Sumedang. Di sebuah kampung dimulailah pertunjukkan tari topeng. Dan yang menjadi penarinya adalah adik raja Dermayu. Pada waktu itu raja Sumedang belum tahu bahwa hal tersebut merupakan taktik dari Raja Dermayu. Sehingga lama kelamaan berita tersebut sampai di telinga raja Sumedang. 

Sang raja tertarik dengan kecantikan dari penari topeng tersebut dan menyuruh patihnya untuk memanggil penari topeng tadi ke istana Sumedang. Ketika sampai di istana paras penari topeng tadi sangat cantik rupawan dan akhirnya timbul rasa cinta raja Sumedang kepada penari topeng tersebut. 

Kemudian raja mengirim utusan untuk menanyakan keinginannya untuk meminang kepada puteri dari Raja Dermayu tadi. Dengan rasa gembira apa yang ditanyakan utusan itu dijawabnya. Setelah itu apa yang dikatakan oleh puteri tadi disampaikan kepada baginda raja dan baginda raja pun sangat senang. Maka disuruhlah patih tersebut untuk melamar sang puteri tersebut. 

Kedatangan patih dari Sumedang diterima dengan baik oleh baginda Raja Dermayu, dan lamaran raja Sumedang diterimanya. Lamaran ini disertai dengan perjanjian bahwa raja Sumedang untuk menyerahkan sebagian daerahnya kepada raja Dermayu. Permintaan tersebut langsung dilaksanakan oleh Raja Sumedang karena cintanya kepada Puteri Dermayu tersebut. Keesokan harinya langsung dirayakan pernikahan antara raja Sumedang dengan puteri Dermayu. 

Pada zaman dahulu suami isteri biasanya belum berhubungan badan dulu selama beberapa hari. Mereka terlihat sangat baik dan rukun. Tetapi apa yang terjadi kemudian selang beberapa hari setelah perkawinan berlangsung yang membuat baginda Raja sering melamun. 

Pasalnya isterinya sudah berubah sifat, dan setelah diselidiki ternyata dia bukan seorang puteri yang sebenarnya melainkan seorang laki-laki. Maka terjadilah perselisihan dan pengejaran terhadap puteri Dermayu tadi. Akhirnya puteri tadi tertangkap dan berubah wujud menjadi seorang pemuda. 

Raja Sumedang sangat marah melihat kejadian tersebut, maka disuruhlah patih Raja Sumedang untuk meminta daerahnya tadi. Tetapi hal tersebut ditolak oleh Raja Dermayu. Akhirnya terjadi peperangan antara kedua raja tersebut. Karena marahnya raja Sumedang menyuruh patihnya mengeluarkan binatang yang dianggap keramat dan memiliki kemampuan melawan manusia. 

Binatang tersebut tidak lain adalah Anjing Jangkung karena badannya tinggi dan sakti. Anjing tersebut ikut berperang melawan Raja Dermayu. Anjing tersebut sangat ditakuti oleh pihak Dermayu, tetapi berkat kesaktian Ki Gede Penganjang dengan senjatanya yang bernama Sapu Jagat, Anjing tersebut terlempat jauh dan jatuh di langgenan (tanah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah yang ada di sekitarnya). 

Tempat dimana jatuhnya binatang tadi disebut Langgen, dan kemudian tempat digunakan untuk kuburan dengan nama Ki Buyut Anjing Jangkung. Hingga sekarang tempat ini sering digunakan untuk acara Ngunjung dan banyak diziarahi oleh pengunjung pada waktu-waktu tertentu. 

Cerita ini dikutip dari Buku Sejarah Indramayu karangan H. A Dasuki.


Next Post Previous Post