Asal-usul Desa Kiajaran Wetan dan Kiajaran Kulon
Balai Desa Kiajaran Kulon (Gambar Google Maps) |
Kalau Anda pernah melintas di Jalur Pantura Indramayu, tentu akan melintasi daerah Kiajaran Wetan dan Kiajaran Kulon. Kiajaran Wetan dan Kiajaran Kulon masuk ke Kecamatan Lohbener kabupaten Indramayu. Nah bagi Anda yang ingin mengetahui asal-usul desa Kiajaran Wetan dan Kiajaran Kulon, berikut ceritanya.
Pada zaman dahulu terlihat sebuah perahu kecil yang sedang berlayar di Laut Jawa. Perahu itu berlayar menuruti arah angin, dan bebas hilir mudik di lautan yang luas itu, tanpa diketahui arah tujuannya. Tetapi perahu tersebut bukan perahu layar biasa melainkan perahu ajaib.
Karena tidak diketahui siapakah yang mengemudikan perahu tersebut. Menurut cerita orang perahu tersebut terdampar di sebuah pelabuhan kecil di sebelah utara laut Jawa, dan ternyata di dalam perahu tersebut terdapat seorang laki-laki yang sudah agak lanjut usianya.
Menurut cerita dia adalah manusia pertama berlayar di lautan tersebut, dan menurut keterangan manusia itu menamakan dirinya Kyai Kuda Hiyang Jagat. Dari manakah asal kyai itu?. Sampai detik ini tak seorang pun yang mengetahuinya.
Pada suatu hari sang Kyai berjalan-jalan ke arah selatan dari Pelabuhan tersebut, dan waktunya sangat cocok untuk berjalan-jalan, tiba-tiba terlihatlah olehnya dua ekor kuda jantan yang menurut keterangan adalah keturunan dari bangsanya.
Karena kyai itu sebagai makhluk hidup, maka perlulah Kyai mencari makan yang ada di dalam dunia ini, yang sekiranya dapat dimakan. Mulailah sang kyai berpikir panjang, dari mana asal mulanya tumbuh-tumbuhan yang dapat ia makan.
Balai Desa Kiajaran Wetan (Gambar Google Maps) |
Lama kelamaan dia berpendapat bahwa lebih baik kalau tanah yang luas itu diolah dan dimanfaatkan agar bisa menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan lebih banyak lagi. Dengan melakukan berbagai percobaan untuk memecahkan pemasalah itu, hingga pada suatu hari ketika Pak Kyai sedang melepaskan lelah di bawah pohon rindang, tiba-tiba datanglah kedua kuda jantan itu. Dan anehnya maksud dari kuda itu sudah diketahui oleh Kyai.
Dilihat gerak-geriknya bahwa kedua kuda itu akan menyatakan setia kepada sang Kyai. Maka dengan menggunakan tenaga kedua kuda itu Pak Kyai mulai mengolah tanah yang terletak di sekitar daerah pelabuhan.
Karena alat-alat yang seharusnya digunakan belum ada, maka ia cukup menggunakan alat dari sebatang pohon, maka mulailah kuda jantan yang berbadan besar pergi menuju ke arah barat dan kuda yang berukuran kecil menuju ke arah timur.
Kuda tersebut merasa kasihan melihat kyai yang sudah susah payah kelihatannya, maka berhentilah dia bekerja, kemudian keduanya meninggalkan Kyai itu karena tidak ingin melihat Kyai terlalu lelah, dan akhirnya kuda tersebut lari menuruti arah dan tujuan masing-masing.
Kuda yang besar menuju ke arah barat dari Sang Kyai, sedangkan kuda yang kecil menuju ke arah timur. Dengan lenyapnya kuda itu maka lenyaplah cita-cita Pak Kyai untuk meyuburkan tanah tersebut. Kemudian pergilah ia sambil berjalan terhuyung-huyung menuju arah perahu yang ditambatkannya di tepi pantai.
Sejak saat itu daerah tempat larinya kuda Sang Kyai menuju ke arah barat maka dinamakan Desa Kiajaran Kulon, sedangkan tempat kuda yang lari ke arah timur diberi nama Desa Kiajaran Wetan.
Bagaimana nasib Pak Kyai? Menurut cerita pak Kyai menaiki perahunya dan tenggelam oleh ombak. Dengan meninggalkan kenang-kenangan yakni nama desa tersebut di atas. Perlu diketahui bahwa kata Kiajaran adalah berasal dari kata Kyai dan Jaran (Kuda) dan kata Kyai berubah menjadi Ki.
Itulah cerita singkat tentang asal-usul Kiajaran Wetan dan Kiajaran Kulon. Tulisan ini dikutip dari Buku Sejarah Indramayu karya H.A Dasuki.